Pada saat Paskah, di beberapa Gereja ada acara tirakatan Paskah, yaitu pada Sabtu Malam Paskah. Beberapa pastor juga menyarankan agar, selain datang mengikuti misa pada Malam Paskah, umat juga datang pada misa Minggu Paskah pagi. Apa yang dimaksud dengan tirakatan Paskah? Apakah perbedaan antara misa pada Malam Paskah dan Minggu Paskah pagi? Apakah umat harus menghadiri kedua perayaan tersebut?
Pertama, tirakatan Paskah adalah nama lain dari Malam Paskah. Kata “tirakatan” adalah terjemahan dari kata “malam” atau vigilia (Latin), yaitu malam sebelum sebuah perayaan. Malam Paskah atau tirakatan Paskah disebut sebagai “induk dari semua tirakatan” karena di sinilah Gereja merayakan pokok misteri imannya, yaitu Misteri Paskah Kebangkitan (Perayaan Paskah dan Persiapannya, art. 77, Seri Dokumen Gerejani No. 71) Kebangkitan Kristus adalah dasar iman dan harapan kita. Seperti orang-orang Ibrani, pada malam Paskah mereka menantikan saat pembebasan dari perbudakan Firaun.
Demikian pula kita, pada Malam Paskah kita menantikan saat Kebangkitan Kristus yang menandai pembebasan kita dari penindasan dosa. Malam Paskah Yahudi itu adalah “gambaran yang mewartakan Paskah sejati Kristus, sekaligus gambar pemerdekaan sejati…” (art. 79). Kebiasaan merayakan kebangkitan pada perayaan malam ini sudah dilakukan sejak ketika Gereja mulai merayakan Paskah tahunan (art. 80).
Kedua, mengingat pentingnya iman pada kebangkitan dan mempertimbangkan kekayaan misteri iman yang diungkapkan dalam simbol-simbol pada tirakatan Paskah, maka sangat dianjurkan agar umat menghadiri tirakatan Paskah ini untuk menghayati kembali misteri utama iman Gereja. “Para gembala hendaknya mengajak kaum beriman untuk mengambil bagian dalam seluruh perayaan Malam Paskah” (art. 95; SC art. 106). Mereka yang sudah menghadiri misa Malam Paskah, sudah memenuhi kewajiban merayakan Misteri Paskah pada hari Minggu (bdk. SC 106). Karena itu mereka ini tidak wajib untuk merayakan lagi Minggu Paskah pagi. Namun demikian tetap sangat dianjurkan agar umat juga menghadiri perayaan Ekaristi Minggu Paskah pagi sebagai kelanjutan kegembiraan merayakan Kebangkitan Tuhan. Anjuran yang sangat ini bahkan dirasakan sebagai “keharusan”.
Berkaitan dengan Minggu Paskah, Gereja menegaskan: “Misa Minggu Paskah harus dirayakan dengan meriah” (art 97). Ketiga, sejauh menyangkut perayaan liturginya, kekayaan liturgi Malam Paskah tidak bisa dibandingkan dengan liturgi Minggu Paskah pagi. Kekayaan liturgi Malam Paskah menonjolkan perayaan cahaya, madah Paskah, bacaan-bacaan Perjanjian Lama yang merupakan tipologi pembebasan yang dibawa oleh Kristus, dan perayaan Baptis.
Dengan pertimbangan pastoral bahwa banyak umat yang hadir pada Minggu Paskah pagi tidak sempat mengikuti perayaan Malam Paskah, maka untuk liturgi Minggu Paskah, Gereja menganjurkan untuk juga memasukkan upacara perarakan Lilin Paskah pada pembukaan dan pembaharuan janji Baptis sesudah homili. Dengan demikian, diharapkan umat juga bisa dibantu untuk menghayati misteri Paskah sebagai peralihan dari kegelapan kematian kepada terang kehidupan.
Rm. Petrus Maria Handoko, CM